MENGOREKSI DIRI SENDIRI


Jalur Pendakian Gunung Selamet Via Guci
JEJAKBELANTARA - Buat anda para penggemar Iwan Fals, anda pasti sangat paham betul dengan Album "Keseimbangan", album discography yang keluar ditahun 2010 ini, setelah ditahun-tahun sebelumnya mengeluarkan iwan fals mengeluarkan album "50:50 (2007)" dan album "Untukmu terkasih (2009)" yang merupakan mini album. Lewat Album Keseimbangan ini, Iwan fals mencoba memberikan pesan lewat lagu-lagu yang berisi tentang kelestarian alam dan lingkungan. Oke, artikel ini bukan membahas  soal album-album iwan fals, namun saya jadi teringat lagu, disalah satu lagu di album keseimbangan yang iwan fals keluarkan, lagu berjudul ^0^ (entah apa maksud dari judul ini yang hanya diberi simbol (^0^) oleh iwan fals, mungkin maksudnya adalah gunung "^", lembah "0", gunung "^"). Kira-kira begini petikkan syair lagunya:      
    
"Dari gunung ke gunung
Menembus kabut lembah dan jurang
Melewati hutan pinus"

Sungguh, saya sangat merindukan gesekan daun-daun, yang bergesekan secara alamiah antara pohon satu dengan pohon yang lainnya. Sungguh, saya sangat merindukan dinginnya kabut tipis yang selalu turun perlahan untuk menemani kita mendaki sampai kepuncak gunung. Sungguh, saya sangat merindukan barisan pohon pinus yang seolah-olah berbaris rapih. Mungkin, untuk sebagian orang mendaki gunung adalah kegiatan yang hanya membuang-buang waktu saja, tapi coba anda bisa menarik manfaatnya ketika anda naik gunung, dan bandingkan dengan segala kegiatan sehari-harimu, membayangkan berita-berita soal isu-isu lingkungan hidup, isu-isu kelestarian alam. Naik gunung itu sesungguhnya dalam rangka untuk merenungkan kesemuanya.  

"Melewati jalan setapak
Mendengar gesekan daun dan burung-burung
menikmati aroma tanah dan segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari"

Kini gunung mejadi tempat favorit bagi sebagian orang untuk melakukan kegiatan bermeditasi, bertafakur, bermuhasabah didalam perjalan babak hidupnya. Tempatnya yang tidak begitu menarik banyak orang untuk dikunjungi menjadikan sebagian orang yang suka dengan kegiatan outdoor ini berlomba-lomba untuk menyepi ke gunung. Menikmati jalan setapak yang hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki, dengan contur mendaki, ditemani oleh gesekan daun, kicauan burung yang bersautan seolah sedang berbincang satu dengan lainnya, aroma semak tanah basah oleh embun dan hujan, kesegaran udara yang jelas sangat berbeda dengan kesegaran udara diperkotaan, udara yang masih sangat murni tanpa tercampur oleh polutan kendaraan bermotor, limbah udara pabrik, membuat kita semakin betah untuk bisa bercengkrama dengan alam.
         
Rimbun Jalur 
Berada ditengah hutan, berada ditengah-tengah pelukan gunung, mungkin akan sangat membantu menenangkan nuranimu sejenak, yang tentu saja kusut oleh semua kenyataan hidup, melihat kekacauan perilaku manusia terhadap lingkungan, yang seenaknya merusak lingkungannya sendiri, mereka tidak sadar bahwa mereka sedang menanamkan bom waktu dimana alam yang mereka rusak, mereka kotori juga bisa marah, bisa mendatangkan bencana yang luar biasa buat mereka. Jangan salahkan alam ketika mereka marah kepada kita. Tentu saja ini bukan karna takdir Tuhan yang diberikan kepada kita, sadarlah bahwa kesemuanya itu adalah siklus cosmis, dimana ketika kau merusak alam maka secara otomatis bencana akan datang dengan sendirinya kepadamu. Lantas ketika bencana itu datang kepada kita, barulah kita menyadari bahwa kita merasa salah yang teramat salah kepada alam.


Berharap ketika kita sudah merasa fresh ketika kita turun gunung, setelah selesai menemukan titik-titik solusi kekacauanmu terhadap realita kehidupan, kekacauan terhadap keacuhanmu pada alam, ketidak pedulianmu terhadap alam, kita mulai bangkit untuk lebih peduli, merawat dan menjaga lingkungan, memberikan edukasi kepada masyarakat betapa sangat pentingnya peranan kita menjaga lingkungan kita. Jangan pernah melupakan kebaikan alam kepadamu, alam sudah sangat bersedia memberikan segala isinya kepadamu agar kau bisa bertahan hidup dibumi, intinya alam sudah memberikan seribu manfaat kepadamu.  

No comments