JEJAKBELANTARA - Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui
kenapa peringatan Hari Peduli Sampah Nasional selalu jatuh dan diperingati
setiap tanggal 21 Februari. Ya, tanggal itu sengaja diambil oleh Pemerintah
khususnya oleh Kementrian Lingkungan Hidup, sebagai simbol betapa manajemen
pengolalaan sampah di Indonesia belum sepenuhnya terealisasi dan dilaksanakan
dengan baik.
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional ini
berawal dari sebuah peristiwa bencana yang terjadi diawal tahun 2005, tetapnya
tanggal 21 Februari 2015, telah terjadi bencana longsor dari sebuah timbunan
sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berlokasi di
Leuwigajah Desa Batujajar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bencana ini pun
menelan korban jiwa yang tidak sedikit tentunya, jumlah korban yang tewas
seketika pun tercatat sebanyak 143 orang yang berasal dari 2 kampung yang
berada disekitar tempat pembuangan akhir sampah diwilayah tersebut.
Sudah hampir 11 tahun berlalu sejak
peristiwa itu terjadi, tetapi ingatan kita akan peristiwa itu masih tetap segar
dalam ingatan, apalagi untuk penduduk Desa Batujajar Leuwigajah. Tepatnya hari
senin dini hari 21 Februari 2005 tidak pernah terbayangkan oleh penduduk Batujajar,
yaitu Kampung Cilimus dan Kampung Pojok bahwa tumpukan sampah yang menggunung
akan merenggut nyawa mereka seketika, tidak pernah terbayangkan pula oleh
mereka bahwa tumpukan sampah yang ada, akan longsor dan menimpa serta
menenggelamkan rumah-rumah mereka, mengubur harta benda mereka, dan tentu saja
merenggut anggota keluarga dari pelukan mereka, sama sekali tidak pernah
terpikirkan oleh mereka, 143 nyawa melayang saat itu juga. Dari alasan
peristiwa longsornya sampah itulah maka setiap tanggal 21 Februari selalu
diperingati Hari Peduli Sampah Nasional disetiap tahun kalender nasional
Indonesia. Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional diresmikan pertama kali oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar, pada tahun 2006.
Perlunya
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional.
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional
bukan hanya untuk mengenang tragedi longsornya tumpukan sampah di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah Kabupaten Bandung saja, tentu saja dampak
lebih luas dari peringatan ini adalah mengajak semua seluruh masyarakat
Indonesia untuk lebih peduli terhadap permasalahan sampah yang sudah sangat
memprihatinkan.
Pemerintah
tentunya harus lebih serius menyelsaikan persoalan-persoalan tentang sampah.
Menurut data tentang pembuangan sampah, sampah yang dihasilkan oleh penduduk
Indonesia secara total secara keseluruhan mencapai 175.000 ton perhari, artinya
setiap orang yang ada menghasilkan kurang lebih 0,7 kilogram sampah setiap
harinya. Masalah ini pun bukan hanya terpatas produksi sampah yang dihasilkan
oleh setiap penduduk Indonesia. Berdasarkan hasil riset penelitian yang
dipimpin oleh Jenna R. Jambeck dari Universitas Georgia (1 Juni 2015, http://plasticbank.org/prevent-ocean-plastic/) menyatakan bahwa Indonesia berada dalam
peringkat kedua sebagai penyumbang sampah plastik ke laut. Jelas situasi ini
sangat tidak mengenakan untuk kita yang berarti bahwa kita dalam hal ini
pemerintah tidak pernah menggapi persoalan sampah secara serius. Indonesia pun
menghadapi situasi ‘Darurat Sampah Nasional’.
Peringatan
Hari Peduli Sampah Nasional 2016 dalam penyelenggaraannya akan dipusatkan di
Kota Makasar Provinsi Sulawesi Selatan. Hari peringatan pun akan diisi dengan
kerja bakti membersihkan sampah baik oleh masyrakat maupun oleh berbagai
komunitas yang peduli terhadap lingkungan hidup. Terkait dengan itu semuanya,
bahwa sebenarnya pemerintah Indonesia sendiri menargetkan Indonesia akan bebas
sampah pada tahun 2020. Konsep ini berdasarkan kepada konsep kesadaran kolektif
tentang pentingnya pengelolaan sampah secara mandiri maupun kolektif dengan
Prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle).
Sampah
sebenarnya tidak melulu dianggap buruk jika tata kelola dan tata cara
pengelolaannya dilakukan dengan baik. Melihat produksi sampah yang besar di
Indonesia, sebenernya ini menjadikan sebuah peluang positif untuk bahan bakar
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) seperti yang ada di Sukawinatan, Kota
Palembang – Sumatera Selatan.
Pembangkit
listrik yang beroperasi mulai bulan desember 2015 ini bisa menghasilkan listrik
berkapasitas 500 Killo Watt yang mampu memberikan suplai listrik kepada sekitar
200 Kepala Keluarga. Bukan hanya sebagai bahan bakar pendukung Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah saja, sampah pun bisa dijadikan pupuk yang bermanfaat
untuk tanaman. Pupuk tanaman ini diambil dari sampah-sampah jenis organik.
Sampah organik ini dihasilkan dari sisa-sisa makanan rumah tangga,
sayur-sayuran bekas yang tidak layak dijual dipasar dan lainnya sebagainnya.
Dari semua telisik ilustrasi yang ada, sebenarnya sampah pun bisa sangat
bermanfaat untuk manusia. Akan tetapi jika sampah tidak dikelola dengan baik
maka akan menimbulkan berbagai masalah yang mendatangkan bencana untuk manusia
itu sendiri, wabah penyakit, polusi udara, polusi air, sungai, laut dan lain sebagainya.
Tentu saja jika sampah dikelola dengan baik, akan membawa kebaikan untuk
kehidupan masyarakat sekitar, lingkungan menjadi asri, terhidar dari berbagai
macam wabah penyakit yang diakibatkan oleh sampah itu sendiri.
Tentunya
dengan adanya Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap
tanggal 21 Februari, dapat membangun kesadaran kolektif bahwa sampah tidak bisa
dianggap sepele dan sebelah mata. Kesadaran
kolektif akan kepedulian kita terhadap tata cara pengelolaan sampah harus dimulai
dari rumah kita sendiri. Kesadaran kolektif ini harus tumbuh dari dalam diri
kita sendiri agar kita selalu membuang sampah pada tempatnya. Kesadaran
kolektif ini pun harus disalurkan dengan baik kepada generasi penerus setelah
kita, agar kesedaran kolektif ini tidak putus ditengah jalan.
1 comment
Trash is my responsibility, COMMITTED AND MOVING TOGETHER LET'S BE PART OF THE SOLUTION TO SAVE THE FUTURE EARTH.
togel online